Kediri – Sebagai kota dengan potensi pariwisata yang besar, Pemerintah Kota Kediri selalu berupaya untuk mengoptimalkan potensi wisata yang dimiliki, salah satunya melalui penyusunan dokumen perumusan konsep Kediri City Tourism (D’CITO). Untuk itu, Pemerintah Kota Kediri melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) menggelar Forum Group Discussion (FGD) yang berlangsung selama dua hari, Rabu (23/4) dan Kamis (24/4) di Ruang Rapat BAPPEDA dan Ruang Kilisuci Pemkot Kediri.
Guna mendapatkan hasil diskusi yang spesifik dan terarah, FGD terbagi ke dalam empat klaster dan berlangsung secara terpisah, antara lain: kebudayaan dan kesenian (23/4), ekonomi kreatif (23/4), infrastruktur dan fasilitas pariwisata (24/4), serta komunitas dan pemberdayaan masyarakat (24/4).
Pada Klaster Kebudayaan dan Kesenian, peserta FGD terdiri dari Dewan Kebudayaan Daerah (DKD), komunitas seni Kota Kediri, serta akademisi dari UGM Yogyakarta dan UNP Kediri. Saat membuka sesi diskusi, Chevy Ning Suyudi menjelaskan tujuan dilangsungkannya kegiatan ini ialah untuk menyediakan wadah bagi komunitas seni dan pihak eksternal dalam menuangkan gagasan dan konsep pengembangan pariwisata perkotaan.
“Tentunya melalui forum ini akan dihasilkan rekomendasi kebijakan berbasis strategis bagi kepala daerah untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata di Kota Kediri yang berkelanjutan,” terangnya. Ia menambahkan, Pencetusan D’CITO ini selaras dengan sapta cita atau tujuh program unggulan Walikota Kediri untuk mendukung realisasi visi Kediri MAPAN (Maju, Agamis, Produktif, Aman, Ngangeni) yang diharapkan dapat bermuara pada struktur perekonomian lokal.
Chevy berharap, melalui forum ini dapat teridentifikasi peluang dan tantangan utama dalam pengembangan pariwisata di Kota Kediri, serta dapat meningkatkan sinergi antara pemerintah, komunitas, dan stakeholder terkait dalam mengembangkan pariwisata perkotaan.
Dalam gagasannya yang disampaikan di forum, Agus, Ketua Komunitas Reog Kediri berharap, Pemerintah Kota Kediri dapat menangani kendala-kendala yang dialami seniman, seperti: minimnya kesempatan untuk tampil serta perlunya perbaikan infrastruktur pendukung. mg