Kediri – Pabrik Gula (PG) Ngadirejo, Kabupaten Kediri, kembali menggelar tradisi Manten Tebu sebagai tanda dimulainya musim giling tebu tahun ini. Ritual yang berlangsung pada Jumat (9/5/2025) ini diawali dengan arak-arakan sepasang batang tebu yang diperlakukan layaknya pengantin dengan busana adat Jawa, sebelum akhirnya diserahkan kepada pihak manajemen pabrik.
General Manajer PG Ngadirejo, Wayan Mei Purwono, menjelaskan bahwa Manten Tebu merupakan tradisi turun-temurun yang juga dilakukan oleh banyak pabrik gula di Jawa sebagai simbol kesiapan penggilingan. Tahun ini, PG Ngadirejo menargetkan pengolahan 10 juta kuintal tebu dan produksi gula hingga 80 ribu ton.
“Tujuannya untuk meningkatkan performance, kita tahu bahwa pabrik gula ini merupakan peninggalan Belanda, kita harus terus merevitalisasi pabrik gula ini agar tetap performa dan bersaing,” jelas Wayan
Dalam upaya meningkatkan performa, PG Ngadirejo telah menginvestasikan Rp22 miliar untuk revitalisasi mesin dan infrastruktur pabrik yang merupakan peninggalan era kolonial Belanda. Sumber pasokan tebu berasal dari Kediri, Blitar, lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik sendiri, serta petani dari wilayah Malang.
Dengan kesiapan pabrik yang optimal, PG Ngadirejo berharap tahun ini dapat mencapai rendemen di atas 8,12 dan memperoleh laba lebih dari Rp150 miliar, menjadikannya sebagai pencapaian bersejarah dalam produksi gula.
“Harapan kami di tahun ini PG Ngadirejo bisa membuat sejarah yang sudah pernah dicapai giling tebu 10 juta kwintal, dan gula yang dihasilkan 80 ribu ton dengan laba di atas Rp150 miliar. Kemarin rendemen rata-rata 8,12, mudah-mudahan ini tercapai di atas 8,12,” pungkas Wayan. mg