Kediri – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kediri mencatat kinerja industri jasa keuangan di wilayahnya tumbuh stabil per Maret 2025. Pertumbuhan ini didukung oleh likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat.
“Kenaikan tidak hanya terlihat dari peningkatan kredit perbankan, tetapi juga dari pembiayaan perusahaan, jumlah kepesertaan asuransi, dan peningkatan Single Investor Identification (SID) di sektor pasar modal,” tutur Kepala OJK Kediri Ismirani Saputri, Jumat (23/05/2025).
Sektor perbankan menunjukkan pertumbuhan positif, baik dari sisi penyaluran kredit maupun penghimpunan dana. Kredit perbankan mencapai Rp88,52 triliun dengan kenaikan 3,17 persen (YoY), mayoritas disalurkan untuk UMKM yang mencakup 61,34 persen dari total kredit. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh 3,62 persen (YoY) menjadi Rp103,81 triliun, didominasi oleh tabungan dan deposito.
Industri pasar modal juga mengalami peningkatan, tercermin dari pertumbuhan SID sebesar 15,54 persen (YoY) menjadi 415.459 SID. Investasi reksadana masih menjadi pilihan utama dengan kepemilikan rekening sebanyak 388.628 SID. Selain itu, kepemilikan instrumen reksadana, Surat Berharga Negara (SBN), saham, obligasi, dan sukuk korporasi masing-masing mengalami kenaikan yang signifikan.
Di sektor pembiayaan, piutang perusahaan pembiayaan mencapai Rp7,01 triliun, tumbuh 9,02 persen (YoY), sementara piutang perusahaan modal ventura meningkat menjadi Rp311,92 miliar. Kualitas piutang perusahaan modal ventura menunjukkan perbaikan dengan penurunan rasio Non-Performing Financing (NPF) gross dari 15,59 persen pada Maret 2024 menjadi 4,30 persen.
Total aset Lembaga Keuangan Mikro juga mengalami kenaikan sebesar 4,35 persen (YoY) menjadi Rp122,03 miliar dengan penyaluran pembiayaan meningkat sebesar 2,99 persen (YoY) menjadi Rp80,59 miliar. “Hingga Maret 2025, terdapat 15 Lembaga Keuangan Mikro di wilayah Kediri,” tambahnya.
Dalam upaya meningkatkan literasi keuangan, OJK Kediri telah melaksanakan 39 kegiatan edukasi sepanjang Mei 2025. Program ini mencakup edukasi kepada mahasiswa terkait pinjaman online ilegal, investasi sektor jasa keuangan, serta kampanye literasi keuangan kepada ibu-ibu melalui program SICANTIK yang melibatkan lebih dari 585 peserta.
Di sisi lain, layanan konsumen terus diperkuat untuk menjamin perlindungan masyarakat terhadap sektor jasa keuangan. Hingga 30 April 2025, OJK Kediri telah menerima 470 permintaan layanan konsumen, yang terdiri dari 246 surat pengaduan serta 224 permintaan konsultasi dan informasi melalui kunjungan langsung maupun telepon.
“Tiga besar topik yang paling banyak diajukan adalah restrukturisasi atau relaksasi kredit, data Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), dan kasus fraud eksternal,” jelas Kepala OJK.
Untuk layanan SLIK, hingga April 2025, OJK Kediri telah menerima dan menyelesaikan 3.124 permintaan akses informasi. Rinciannya, sebanyak 1.289 permintaan perseorangan dilakukan secara online, sementara 1.540 permintaan dilakukan melalui kunjungan langsung. Selain itu, terdapat 267 permintaan perseorangan yang dikuasakan, 14 permintaan untuk debitur yang telah meninggal dunia, serta 10 permintaan dari badan usaha.
OJK Kediri juga aktif dalam upaya pemberantasan investasi ilegal. OJK Kediri mengingatkan masyarakat agar tidak mudah tergiur dengan tawaran investasi yang menjanjikan keuntungan tidak wajar.
“Ingat selalu rumus 2L: Legal dan Logis. Legal berarti harus dicek apakah investasi itu terdaftar resmi di OJK atau otoritas lainnya. Logis artinya harus diperhatikan apakah keuntungan yang ditawarkan masuk akal atau tidak, serta pahami risikonya,” pungkasnya.