Kediri – Universitas Islam Kadiri (UNISKA) Kediri bersama Dinas Perikanan Kabupaten Kediri meresmikan pembukaan Sekolah Pemberdayaan Rakyat (SPR) bagi para pembudidaya perikanan.
Sebanyak 90 pembudidaya dari tiga kecamatan di Kabupaten Kediri yaitu Wates, Banyaan, dan Pare mengikuti program ini sebagai bagian dari upaya membangun ketahanan pangan melalui pendidikan dan kolaborasi lintas sektor. Dari setiap kecamatan diwakili 30 peserta yang terdiri atas 9 wali (DPPI, Dewan Perwakilan Pembudidaya Ikan) dan 21 anggota.
Sekretaris Dinas Perikanan Kabupaten Kediri Elok Etika menyampaikan harapan besar terhadap keberlangsungan program ini. Ia menegaskan bahwa program SPR atas inisiasi dinas perikanan yang bekerjasama dengan UNISKA kediri, harus menjadi pendorong kemajuan sektor perikanan di Kabupaten Kediri.
“Kami berharap perikanan di Kabupaten Kediri semakin eksis dan menjadi sektor yang kuat dan berdaya saing. Sebagai informasi bahwa pada tanggal 22 Juni akan kami gelar soft launching Bursa Ikan Kabupaten Kediri,” ujarnya. Bursa ini nantinya akan menjadi ruang temu antara pembudidaya, pasar, dan inovasi, serta membuka akses ekonomi lebih luas bagi masyarakat.
Sementara itu, Kepala LPPM UNISKA Kediri drh. Ertika Fitri Lisnanti mengatakan bahwa keberhasilan SPR akan terlihat dari besarnya transformasi yang dialami para pembudidaya, baik dari sisi pola pikir, keterampilan teknis, maupun semangat kolektif.
“SPR adalah ruang belajar dan bertukar peran. Pembudidaya ikan adalah garda terdepan ketahanan pangan nasional. Melalui kolaborasi ini, kita bisa menciptakan perubahan yang nyata,” ujarnya.
SPR akan dijalankan selama tujuh bulan, terdiri atas satu bulan tahap observasi yang ditutup dengan deklarasi dan pembentukan dewan perwakilan pembudidaya ikan, serta 6 bulan penyampaian materi dan kegiatan pendampingan komunitas pembudidaya ikan.
Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga ahli dan mahasiswa UNISKA Kediri utuk memastikan kurikulum SPR tersampaikan dan dapat terserap oleh komunitas pembudidaya ikan. Di akhir kegiatan pendampingan akan dilaksanakan evaluasi dan ujian bagi komunitas pembudidaya ikan.
Bagi kominitas yang dinyatakan lulus akan diwisuda dan tergabung dalam organisasi yang lebih luas, yaitu SASPRI, Solidaritas Alumni SPR Indonesia yang menghimpun alumni SPR seluruh Indonesia.
Penggagas SPR dan Guru Besar IPB Prof. Dr. Ir. Muladno yang hadir langsung dalam deklarasi ini, menekankan pentingnya sinergi antara ilmu dan pengalaman dalam pemberdayaan masyarakat. “Orang yang punya ilmu harus dikawinkan dengan orang yang punya pengalaman. Dosen menjadi pintar mengelola, pembudidaya menjadi paham secara teori,” ujarnya.
Menurutnya, ketahanan pangan hanya bisa terwujud jika empat elemen utama terlibat secara aktif: pemerintah sebagai pemegang regulasi, perguruan tinggi sebagai pusat teknologi, pengusaha sebagai penyokong dana dan pasar, serta komunitas pembudidaya sebagai pelaku lapangan.
Sementara itu, Rektor UNISKA Kediri, Prof. Dr. H. Bambang Yulianto menegaskan bahwa SPR menjadi bagian penting dari kontribusi UNISKA dalam pendidikan berbasis masyarakat. “SPR penting bagi UNISKA karena kita unggul di bidang peternakan, perikanan, dan agribisnis. Saat ini kami sedang menyiapkan Agro Techno Park sebagai ruang mahasiswa mengembangkan potensi dan kualitasnya,” ujarnya. mg