Wahyu-Dwi Putra
Kediri – Puluhan jurnalis Kediri, Madiun bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kediri melakukan visit company ke PT Dan Liris Sukoharjo, Jawa Tengah.
Kepala OJK Kantor Perwakilan Kediri Bambang Supriyanto mengatakan, kegiatan ini merupakan rangkaian program Jurnalis Class.
“Dari kegiatan Jurnalist Class itu kami seleksi dan kami ambil 20 jurnalis rekan rekan media untuk mengikuti visit company,” katanya.
Pemilihan PT Dan Liris Sukoharjo sebagai tempat visit company, kata Bambang, karena produsen tekstil dan garmen Indonesia itu terbilang sukses menjalankan usahanya, terutama bisa survive dari gempuran ekonomi.
PT Dan Liris yang berkedudukan di Kelurahan Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah sanggup keluar dari krisis moneter pada 1998 hingga pandemi Covid-19.
“PT Dan Liris menjadi salah satu destinasi yang bisa menjadi pembelajaran kami. Mengingat, PT Dan Liris menjadi industri padat karya yang bergerak di bidang tekstil yang tetap berjalan,” tambahnya.
Terpisah, Hendro Suseno selaku Direktur Keuangan dan Akuntasi mengatakan, secara struktur, perusahaan ini memakai sistem integrated company mulai dari memproduksi benang, tenuh hingga menjadi kain.
“Orang butuh benang, kita ada. Orang butuh kain jadi, juga ada. Walaupun secara bisnis, kita terus merosot. Kita tidak bisa membayangkan, pandemi begitu panjang sampai 12 bulan,” unkap Hendro Suseso saat membagikan pengalaman PT Dan Liris dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Gempuran ekonomi, kata Hendro Suseno, bagi PT Dan Liris tidak hanya sekali ini saja. Jauh sebelum pandemi melanda, perusaha yang sudah berdiri sejak tahun 1974 itu sudah dihadapkan pada crisis moneter, pada 1998 dan krisis 2007.
“Tetapi dengan model bisnis integrated company inilah, sehingga bisa saling menopang,” ucap Hendro Suseso.
Kunci sukses PT Dan Liris survive dari pandemi lainnya, kata Hendro Suseso, karena sistem marketing share perusahaan ini ke berbagai negara. Dengan sistem marketing ini, apabila satu negara bermasalah, tidak langsung mengancam bisnis mereka.
Hal lainnya yang ikut mempercepat PT Dan Liris bangkit dari pandemi karena produk yang dihasilkan berupa fashion. Meskipun frekuensinya turun akibat pandemi, tetapi masih ada yang membeli.
“Selama orang masih berpakaian, maka produksi kain akan tetap ada. Kemudian produk seragam, anak-anak sekolah tetap beli,” terangnya.
Yang tidak kalah penting, kata Hendro Suseso, adalah kebijakan perusahaan untuk tidak meliburkan karyawan selama pandemi. Menurutnya, apabila karyawan lama di rumah, untuk ‘up’ lagi membutuhkan waktu.
PT Dan Liris memiliki kurang lebih 7 ribu karyawan. Mereka menggunakan sistem padat karya serta melibatkan masyarakat dalam keikutsertaan menjadi aset perusahaan.
“Ada sekitar 7 ribu pekerja disini. Kita membangun kerjasama yang baik dengan masyarakat sekitar. Karyawan kita berikan fasilitas sesuai prestasinya. Itu yang membuat mereka tetap produktif. Seperti masa pandemi kemarin, kita berkomitmen untuk menggaji penuh karyawan dan tidak ada PHK. Jadi produktifitas karyawan tetap terjaga,” bebernya.
Hendro Suseso menyebut, titik balik dari pandemi di PT Dan Liris Sukoharjo dimulai pada semester empat, yakni pada 2021. Kala itu mulai ada pekerjaan. Meskipun secara volume, order yang masuk belum sepenuhnya pulih.
Sementara itu, Harrison Silaen, selaku Direktur Umum PT Dan Liris mengatakan, hal yang membuat karyawan tetap produktif adalah masing-masing ada jaminan.
“Karyawan keluar kerja itu karena pensiun. Rata-rata puluhan tahun kerja disini. Kami memberikan reward bagi yang berprestasi. Ada yang mengalami kecelakaan kerja, kami support sehingga bisa membuat usaha dan sebagainya,” ungkap Horrison.
Diketahui, PT Dan Liris sudah berusia lebih dari 50 tahun. Perusahaan tekstil dan garmen Indonesia ini menjangkau pasar luar negeri mulai dari Amerika, Inggris, Jepang dan beberapa negara lain