Salah satu kesenian asal Madura yang ditampilkan Santri Ponpes Al Falah Ploso Mojo
Wahyu Dadi
Kediri-
Sebagai wujud mengenalkan dan mengajarkan perbedaan dan kebhinekaan kepada
santri dan masyarakat, Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Kecamatan Mojo
Kabupaten Kediri menggelar pawai kesenian dan budaya yang berasal dari seluruh
daerah di Indonesia.
Kegiatan
mengambil tempat di area Ponpes Al Falah, Ploso, Kecamatan Mojo, Kabupaten
Kediri. Tepat hari Minggu, (15/4/2018) pagi. Pawai diikuti oleh sekitar 3000
orang santri lebih dan diikuti oleh perwakilan delegasi dari pemerintah
Magelang. Peserta mengenakan pakaian dan menampilkan kesenian ataupun
kebudayaan khas dari masing masing daerah asalnya.
Peserta
pawai harus berjalan berkeliling area pondok dan desa hingga 3 Kilometer
jauhnya, pawai diikuti oleh hampir seluruh perwakilan kota dan kabupaten yang
ada di propinsi Indonesia. Ada kesenian dan penampilan ondel ondel dari
Jakarta, seni musik tradisional asal Madura, seni tari topeng dari Magelang,
pencak silat dari banten dan Jawa Barat, tari piring dari Sumatera dan masih
banyak lagi.
Menurut
salah satu pengasuh Ponpes Al Falah, Kh. Nurul Huda Jazuli. Kegiatan
pawai ini merupakan salah satu cara menunjukkan dan mengajarkan kepada santri
apa itu keberagamaan, kepercayaan, seni dan budaya Indonesia.
"Ini
salah satu cara kami, para pengasuh Ponpes Al Falah, mengajarkan dan
menunjukkan kebhinekaan, keberagaman seni, budaya, agama yang ada di Indonesia,
tapi tetap satu dan harus saling menjaga dan menghormati sesama," Ucap Kiai
Huda Jazuli kepada beritakediri.com. Minggu, (15/4/2018).
Senada
dengan Kiai Huda, Kapolres Kediri Kota, AKBP. Anthon Haryadi. Mengapresiasi
kegiatan yang dilakukan oleh Ponpes Al Falah Ploso. Kendati berada jauh dari
pusat pemerintahan Indonesia, namun para santri dan pengasuh memilki keinginan
kuat untuk menunjukkan dan mengajarkan keberagaman suku, adat, budaya, agama
demi menjaga keasatuan Indonesia dan tak lupa, kuatnya persatuan akan mampu
menangkal berita Hoax.
Keakraban antara Kapolres Kediri Kota AKBP. Anthon Haryadi bersama Kiai sepuh Ponpes Al Falah Ploso
"Sangat
menarik, ponpes tradisional namun memiliki cara pandang yang moderat dan sangat
menghargai kebhinekaan demi menjaga persatuan dengan menggelar pawai budaya
dengan jumlah santri yang mondok dari berbagai daerah sebanyak 7000 lebih
santri," Jelas Anthon.
Tak hanya
kesenian tradisional, para santri juga menunjukkan kehebatannya dalam berkreasi
dengan menggabungkan kesenian tari tradisional dan tari modern. Musik angklung
dan tarian serta nyanyian modern, sontak membuat para santri dan warga
masyarakat Kecamatan Mojo ikut berjoget dan memadati jalan alternatif yang
menghubungkan Kabupaten Kediri dan Tulungagung.
Salah
seorang santri sekaligus Putra dari pengasuh ponpes, Abdul Rahman Al Kautsar
juga mengaku saat ini seorang santri harus serba bisa, tak hanya mengaji dan
belajar di pondok, namun santri juga harus bisa berkreasi dan menunjukkan
inovasi dalam menghadapi tantangan jaman.
Untuk
itulah kegiatan pawai budaya ini telah digelar untuk ketiga kalinya,
selain sebagai tanda diakhirinya tahun ajaran pondok juga bentuk kreasi seni
santri kepada pondok dan para pengasuh pondok. Setiap tahunnya selalu ada
tambahan penampil, seni, budaya yang berasal dari berbagai daerah.
"Saat
ini santri juga harus jadi santri Jaman Now, harus serba bisa, tak hanya
mengaji.dan belajar dengan menggunakan sarung, namun kami juga bisa berkreasi
berinovasi menghadapi tantangan jaman," Tegas pria yang akrab disapa Gus
Kautsar ini kepada wartawan.
Tari Piring yang ditampilkan santri demi menghibur warga dan para Masayikh
Pondok
Pesantren Al Falah Ploso, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, berdiri sejak
Tahun 1925, oleh Alm. Kh. A. Djazuli Usman, lalu diteruskan oleh putranya Kh.
Zaenudin Jazuli, Kh. Nurul Huda Jazuli, Kh. Munif, Nyai Hj.Badriyah serta Gus
Sabut (putra dari Alm. Gus Miek), sistem pengajaran di Ponpes Al Falah
menggunakan pengajaran Salafiyah.
EmoticonEmoticon